Masuk surga bisa bersama orang tua kita yang beriman, bahkan kalau anak kurang dalam beramal, keshalihan orang tua akan mengangkat anaknya. Ingat, asalkan beriman dan bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚكُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thuur: 21)
Karena Iman dan Keshalihan Orang Tua
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa di antara kesempurnaan kenikmatan bagi penduduk surga, Allah menghubungkan antara keturunan yang beriman dengan orang tua mereka. Anak-anak tersebut akan dihubungkan dengan orang tuanya dalam keimanan (walaupun keimanan anak-anak tersebut kurang, pen.). Lebih-lebih jika anak-anak tersebut memiliki iman (yang lebih), tentu akan lebih selamat. Allah akan mengangkat derajat anak-anak tadi sederajat dengan orang tua mereka, walaupun keimanan mereka tidak bisa menggapai orang tuanya. Itulah balasan untuk orang tua mereka, sebagai karunia juga untuk orang tua mereka. Namun hal tersebut tidaklah membuat Allah mengurangi pahala amalan orang tua mereka.
Demikian penjelasan Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya, Taisir Al-Karim Ar-Rahman atau disebut pula Tafsir As-Sa’di.
Apa yang Dimaksud Anak Mengikuti dalam Iman?
Disebutkan dalam Tafsir Ath-Thabari dalam sebagian penjelasannya, yang dimaksud adalah mengikuti di atas tauhid dalam beriman.
Bagaimana Jika Masuk Neraka?
Apakah jika orang tua masuk neraka, anak akan ikut orang tua pula?
Ingatlah antara surga dan neraka bukanlah dalam satu hukum yang sama. Neraka adalah tempat ditetapkannya hukum keadilan (sedangkan masuk surga itu karena karunia Allah, pen.). Termasuk keadilan adalah Allah akan memberikan hukuman kepada seorang hamba karena dosa. Makanya dikatakan dalam ayat di atas bahwa amalan setiap orang akan tergadai. Artinya, setiap orang tidaklah mewariskan dosa pada lainnya dan seseorang tidaklah memikul dosa lainnya.
Lihat penjelasan Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya.
Anak Jadi Penyejuk Mata di Surga
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Imam Ibnu Katsir, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Allah akan mengangkat derajat dari keturunan seorang mukmin, walaupun anak keturunannya kalah dalam beramal. Hal ini punya tujuan untuk jadi penyejuk mata bagi orang tuanya.”
Apa Berkah Orang Tua dan Apa Manfaat dari Anak?
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa ayat ini menunjukkan bagaimanakah berkahnya amal orang tua terhadap anak. Adapun manfaat dari anak terhadap orang tuanya adalah ia terus mendoakan orang tuanya.
Ada hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan sanad shahih menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsir ayat ini, “Allah meninggikan derajat seorang hamba yang shalih di surga.” Lantas ia berkata, “Wahai Rabbku, apakah surga ini untukku?” Dijawab, “Engkau masuk surga berkat permintaan ampun dari anakmu untukmu.”
Pelajaran yang Dipetik
- Anak akan ditolong dengan keshalihan orang tuanya, walau anak tersebut belum bisa menyamai keimanan orang tua.
- Berkah dari orang tua yang beriman dan shalih adalah bisa mengangkat derajat anaknya di surga sehingga sama derajatnya dengan orang tua.
- Berkah dari anak shalih adalah selalu mendoakan orang tua dengan doa ampunan.
- Sekeluarga bisa masuk surga dan sederajat asalkan beriman dan bertauhid.
- Setiap amal manusia tidak akan dikurangi dan disia-siakan.
- Setiap orang tergadai dengan amalnya, yaitu tidak akan menanggung dosa dari lainnya.
Semoga setiap orang tua dibekali keimanan dan kita pun dikaruniai anak yang menjadi penyejuk mata. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad, hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi:
Tafsir Ath-Thabari karya Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, dan Tafsir As-Sa’di karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, aplikasi di iPad dikeluarkan oleh www.pakdata.com.
—
Ditulis saat menjelang Shubuh pada penerbangan pulang dengan Saudia Airlines, 13 Shafar 1440 H (Senin, 22 Oktober 2018), perjalanan Jeddah – Jakarta
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal